4 Kesombongan dalam Diri Manusia

Islam adalah agama yang menuntun manusia untuk berakhlak mulia. Rasulullah pun diutus Allah ke dunia bukan untuk membuat manusia hebat dalam segala bidang, melainkan untuk menyempurnakan akhlak. Untuk apa memiliki kekayaan melimpah, ilmu yang menjulang tinggi, atau kekuasaan yang besar sementara akhlaknya buruk. Justru kehebatan yang tidak diimbangi dengan akhlak akan membawa pelakunya pada kenistaan.

Salah satu akhlak yang disukai Allah dan RasulNya adalah sikap tawadhu’, sedangkan lawan dari sikap tawadhu’ adalah sombong. Allah sangat tidak menyukai orang-orang yang sombong. Karena gelar kebesaran dan kesombongan hanya milik Allah semata tak ada yang menandingi. Untuk lebih meyakinkan keimanan kita, marilah kita perhatikan hadits berikut.

Diriwayatkan dari Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu dari Nabi shalallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda,

لَا يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ ذَرَّةٍ مِنْ كِبْرٍ قَالَ رَجُلٌ إِنَّ الرَّجُلَ يُحِبُّ أَنْ يَكُونَ ثَوْبُهُ حَسَنًا وَنَعْلُهُ حَسَنَةً قَالَ إِنَّ اللَّهَ جَمِيلٌ يُحِبُّ الْجَمَالَ الْكِبْرُ بَطَرُ الْحَقِّ وَغَمْطُ النَّاسِ

“Tidak akan masuk surga seseorang yang di dalam hatinya terdapat kesombongan sebesar biji sawi.” Ada seseorang yang bertanya, “Bagaimana dengan seorang yang suka memakai baju dan sandal yang bagus?” Beliau menjawab, “Sesungguhnya Allah itu indah dan menyukai keindahan. Sombong adalah menolak kebenaran dan meremehkan orang lain. (HR. Muslim no. 91)

An Nawawi rahimahullah berkata, “Hadist ini berisi larangan dari sifat sombong yaitu menyombongkan diri kepada manusia, merendahkan mereka, serta menolak kebenaran” (Syarah Shahih Muslim Imam Nawawi, II/163, cet. Daar Ibnu Haitsam).

Hadits diatas menjelaskan bahwa rasa sombong sekecil apapun tetap akan diperhitungkan Allah kelak di akhirat. Artinya, sombong merupakan sifat yang amat dibenci oleh Allah Swt. Dan indikator perilaku sombong ada dua hal, yakni orang yang menolak kebenaran dan orang yang suka meremehkan atau merendahkan orang lain. Sering kita temui orang seperti itu di dalam kehidupan sehari-hari. Baik itu di rumah, di sekolah, di kampus, di kantor, dan dimanapun. Orang yang menolak kebenaran biasanya ketika diberi nasehat atau petunjuk yang benar, ia akan menolaknya karena merasa dirinyalah yang benar dan mengabaikan yang lain. Sedangkan orang yang suka merendahkan orang lain adalah mereka yang merasa dirinya jauh lebih baik diatas yang lain.

Kesombongan diri dapat muncul karena seseorang belum mengenal siapa hakikat dirinya dan Tuhannya, bagaimana kedudukannya dihadapan Tuhan, dan apa tujuan ia diciptakan. Kegagalan dalam mengenal hakikat diri dan Tuhan akan melahirkan kekeliruan dalam beriman, berilmu dan  beradab yang kemudian melahirkan kesombongan. Padahal kita adalah makhluk yang sangat kecil dimata Tuhan, lantas dimana letak kehebatan manusia. Adapun kesombongan yang muncul dalam diri seseorang itu disebabkan karena empat hal, yaitu :

  • Ilmu yang dipelajari

Beberapa pepatah ini mungkin akan membuka pintu wawasan kita mengenai bagaimana ilmu yang seharusnya. Pepatah mengatakan, padi kian berisi kian merunduk, pohon rendah tapi dapat membuat teduh itu lebih baik daripada pohon tinggi yang hanya membuat panas. Intinya semakin tinggi ilmu seseorang seharusnya ia semakin beradab, rendah hati, dan membawa manfaat bagi yang lain. Tapi kadangkala terdapat orang yang menyombongkan diri atas ilmu yang dimilikinya, sehingga merendahkan orang lain. Padahal manusia hanya diberikan ilmu yang sedikit sekali oleh Allah. Masih banyak ilmu yang tak diketahui manusia. Tapi manusia merasa berbangga diri sehingga ilmu menjadi tidak berkah. Bukankah Allah Maha Kuasa? Allah bisa saja mencabut ilmu dari diri seseorang sesuai kehendakNya. Sebaik-baik ilmu adalah yang membawa manfaat bagi sesama dan untuk menolong/menegakkan agama. Dengan demikian, saat dihisab nanti manusia dapat mempertanggungjawabkan untuk apa ilmunya ketika di dunia.

  • Harta yang dimiliki

Hakikatnya, manusia tidak memiliki apa-apa. Semua harta yang kita miliki ini adalah titipan dari Allah yang sewaktu-waktu akan dimintaNya. Sebagai manusia yang diberi amanah berupa harta, hendaknya kita menggunakannya sesuai dengan perintah yang menitipkan. Harta akan dimintai pertanggungjawabannya, seyogyanya kita gunakan harta di jalan Allah.

Namun terkadang manusia sombong dengan harta bendanya. Padahal sejatinya itu bukan miliknya. Ketika seseorang berbangga diri dengan harta yang dimiliki, maka berhati-hatilah. Harta dapat membuat manusia binasa jika tidak digunakan sesuai perintah agama. Bahkan seringkali al-qur’an menyampaikan bahwa hartamu adalah ujian bagimu. Kecenderungan untuk sombong lebih besar bagi manusia yang memiliki banyak harta.

  • Kedudukan yang disandang

Kedudukan dan jabatan adalah kenikmatan yang senantiasa diincar kebanyakan orang. Bagi mereka, mendapat kedudukan tinggi di mata manusia adalah kebahagiaan. Padahal Allah tidak melihat kedudukan atau jabatan manusia di dunia, tetapi takwalah yang dijadikan penilaian oleh Allah. Bila kedudukan tinggi hanya membuat tinggi hati dan merusak tatanan agama maka sungguh tak berarti kedudukannya di dunia. Justru akan hina di kehidupan selanjutnya.

  • Pengikut yang banyak

Untuk menemukan manusia gila popularitas sungguh mudah sekali di jaman modern ini. Bahkan sekedar melalui internet saja, kita akan menemukan betapa banyak orang yang mengorbankan nilai-nilai agama, akhlaknya, bahkan harga dirinya demi mendapat pengikut yang banyak. Semua yang dipertontonkan bukan dalam rangka ketaatan, melainkan untuk memenuhi hawa nafsu diri yakni mendapat banyak pengikut. Kesombongan semakin menjadi-jadi ketika manusia memiliki banyak pengikut, mereka akan merasa layak untuk diikuti tanpa mempertimbangkan apakah dirinya membawa kemslahatan atau tidak. Banyak sedikitnya pengikut bukanlah indikator seseorang mulia dimata Allah. Wallahu alam.

Oleh : Ratna

Inspirator : AHS

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.