Ketika Tuhan Diduakan

Indonesia termasuk negara dengan jumlah penduduk terbesar ke-4 setelah Amerika Serikat, India, dan Tiongkok, pun juga negara dengan muslim terbesar hingga termasuk negara berkembang. Meskipun baru dinyatakan oleh Amerika sebagai negara maju, namun corak pemikiran negara Indonesia sebagian juga masih ada yang terbelakang. Termasuk dalam menanggapi sebuah fenomena mendunia yang di muarakan di Negeri China, yaitu virus korona, sebagai wabah penyakit menular dan mematikan. Di Indonesia sendiri pun sudah enam orang kasus terinfeksi, dan kita tidak bisa menghindar dari tragedi sosial tersebut. .

Dan suatu hal yang perlu kita garis bawahi adalah bagaimana cara kita memandang suatu persoalan dari segi rasional dengan pengetahuan umum. Berbekal dari kalangan muslim terpelajar zaman dahulu  contohnya Lisan al-Din, Ibn al Khatib dan Ibn Khatima secara kreatif memahami wabah penyakit misalkan wabah lepra, pes Black Death dan lain sebagainya melalui kausalitas Tuhan, argumen teologis, dan warisan tradisi kesehatan Galenik Zaman Yunani untuk mengatasinya. Namun cendekiawan muslim saat ini malah memandang wabah seolah berbalik dari pemikir dahulu, Umat Muslim kehilangan kejernihan untuk kembali kepada suatu ilmu pengetahuan untuk mendalami bagaimana cara yang tepat untuk mengatasi penyakit dan virus yang menular.

Seperti kisah Amr bin Ash yang menggantikan Abu Ubaidah menjadi Gubernur di Syam pada saat itu, Amr bin Ash berkata: “ Wahai sekalian manusia, penyakit ini menyebar layaknya kobaran api, jaga jaraklah dan berpencarlah kalian dengan menempatkan diri di gunung-gunung”. Pada saat itu Syam sedang kacau karena sebagian penduduknya yang diperkirakan dua puluh ribu meninggal karena terkena wabah penyakit menular yakni Tha’un. Amr bin Ash menghimbau untuk mengosongkan kota Syam dan mengisolasikan diri ke gunung-gunung. Penyakit yang menimpa Negeri Syam, sampai pada akhirnya wabah penyakit itu hilang.

Namun segala sesuatu yang terjadi dimuka bumi adalah kehendakNya, Alah menurunkan wabah ini adalah untuk menghukum segelintir orang yang masih meminum, minuman yang memabukkan, namun lihatlah Kekuasaan Allah sangat dahsyat, sehingga separuh penduduk Syam meninggal, dan saat ini Allah menurunkan satu virus namun tersebar diseluruh dunia. Sebagai generasi islam kita harus pandai memandang dan menempatkan segala sesuatu dengan baik, mencari solusi untuk kemudian menyikapi dengan bijaksana.

Sebagai manusia beragama terutama umat muslim dan berilmu, perlulah kita sedikit memikirkan hal ini secara rasional dan transendental, dalam hadist shahih riwayat Imam Bukhari bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda: “Tidaklah Allah menurunkan penyakit kecuali Dia juga menurunkan penawarnya” (HR Bukhari), kemudian dalam hadis Shahih Muslim Nomor 4115 sabda Nabi Muhammad kepada Umar Ibn Khattab yang mendengar wabah penyakit di wilayah Syam (kini Suriah dan sekitarnya) “tatkala engkau mendengar wabah melanda suatu negeri, maka janganlah engkau mendatanginya, dan manakala wabah itu  menyebar di tanah airmu janganlah engkau keluar dengan maksud melarikan diri darinya

Dalam redaksi hadis tersebut kita perlu sedikit memahami bahwa segala sesuatu yang terjadi di dunia ini adalah termasuk ke dalam Kehendak-Nya dan Kausalitas-Nya yang tidak bisa kita pahami dengan akal manusia yang sangat rendah. Sebagai manusia beragama terlebih Islam yang perlu kita tanamkan adalah meyakini segala sesuatu datangnya dari Allah dan kembali kepada Allah, termasuk juga jasad dan ruh kita tidak bisa lepas dari kekuasaan Allah. Kemudian juga berislam khususnya memiliki misi yang teguh untuk selalu optimis, berusaha menjaga sesuatu yang diberikan Allah termasuk kesehatan jasmani dan rohani.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.