Waspadai Kufur Nikmat di Sekelilingmu

Nikmat merupakan sesuatu yang tak mungkin lepas dari kehidupan manusia. Sekalipun manusia merasa bahwa hidupnya paling sengsara, bisa jadi hanya perasaan subjektif mereka semata. Mulai dari bangun tidur hingga tidur kembali sesungguhnya manusia telah menerima nikmat yang begitu banyak tak terhitung pula. Sebagaimana difirmankan dalam Surat Ibrahim ayat 34

 وَإِنْ تَعُدُّوا نِعْمَتَ اللَّهِ لَا تُحْصُوهَا ۗ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَظَلُومٌ كَفَّارٌ

 “Dan jika kamu  menghitung nikmat Allah, maka tidaklah akan sanggup kamu menghitungnya. Sesungguhnya manusia itu sangat zalim dan mengingkari (nikmat Allah)”.

            Manusia hendaknya senantiasa pandai menyukuri nikmat Allah kapanpun dan dimanapun. Bila engkau adalah mahasiswa, temukan  nikmat-nikmat dalam dunia perkuliahan kemudian syukurilah. Terlebih bila engkau adalah mahasiswa jurusan Tasawuf dan Psikoterapi, peristiwa sekecil apapun akan menjadi ladang untuk mengimplementasikan ilmu-ilmu tasawuf. Sayangnya, terkadang kita lalai terhadap nikmat dari Allah tersebut hingga berujung pada kufur nikmat.

            Kufur nikmat artinya mengingkari nikmat yang telah diberikan oleh Allah dimana hatinya tidak mengakui bahwa semua nikmat yang diterima adalah pemberian dari Allah, lisannya juga tidak memuji Allah atas nikmat yang telah diberi, dan anggota tubuhnya tidak digunakan untuk beramal sholeh. Salah satu contoh kenikmatan dari Allah dalam dunia perkuliahan adalah waktu luang. Jam kosong, mata kuliah libur, dan dosen tidak hadir adalah salah satu nikmat Allah yang patut disyukuri mahasiswa. Nikmat berupa waktu luang tersebut semestinya disyukuri dengan mengakuinya dalam hati bahwa sejatinya hal itu datang dari Allah, kemudian mengucapkan Alhamdulillah, dan menggunakan waktu tersebut dengan hal-hal yang bermanfaat.

            Namun, bila iman manusia lemah, akalnya tidak difungsikan atau tidak membiasakan diri untuk menyukuri nikmat, yang terjadi adalah waktu luang menjadi boomerang bagi diri mereka sendiri. Alangkah ruginya kehidupan manusia bila tidak menyukuri nikmat Allah. Mungkin menurut hawa nafsu, waktu luang dapat membuatnya santai, bahagia, bebas lepas dari tuntutan, bahkan mengisi kenikmatan waktu luang dengan hal sia-sia. Namun sejatinya kebahagiaan bagi hawa nafsu adalah kesedihan bagi ruh manusia.

            Sungguh kurang tepat bila mahasiswa tidak menyadari betapa pentingnya bersyukur terhadap nikmat waktu yang disediakan oleh Allah. Betapa banyak orang yang merindukan datangnya waktu luang namun tak kunjung didapatinya. Sedang mahasiswa telah memiliki kesempatan itu seyogyanya mampu menghargai adanya kesempatan waktu yang belum tentu dimiliki orang lain. Mahasiswa bisa menerapkan rasa syukur tersebut dengan cara sederhana yang sering dijumpainya. Misalkan ada mata kuliah libur atau jam kosong, yakinilah bahwa itu adalah nikmat waktu luang yang diberikan Allah kepada kita. Kemudian mengucapkan Alhamdulillah. Tidak hanya berhenti di ucapan, mahasiswa harusnya mendorong anggota tubuhnya untuk bergerak mengisi waktu luang dengan hal yang berguna, bukan hal yang sia-sia. Bila mahasiswa menggunakan untuk hal sia-sia seperti bermalas-malasan, tidur, makan berlebihan, nongkrong tanpa tujuan pasti. Efek yang terlihat paling tidak adalah penyesalan, manajemen yang buruk, bahkan dapat menunjukkan indikasi kufur nikmat taraf kecil. Oleh karena itu memanfaatkan waktu luang di kelas merupakan salah satu bentuk sederhana dari syukur nikmat kepada Allah Swt. Hal tersebut memang tidaklah mudah namun tetap dapat dibiasakan hingga kita bisa menjadi hambaNya yang pandai bersyukur.      

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.