New Normal Membentuk World View

Akhmad Hasan Saleh

(Dosen Tasawuf dan Psikoterapi IAIN Kediri)

Pandemi Corona-19 telah membawa pada kondisi masyarakat serba tidak menentu baik secara ekonomi-bisnis, kesehatan, pekerjaan, politik, bahkan cara berfikir yang logis. Jiwa dan dan raga merasakan adanya sebuah ketakutan yang meruntuhkan nilai-nilai social, budaya dan tradisi bahkan keagamaan dimasyarakat. Pandemic telah memberikan hikmah dalam kehidupan masyarakat dunia, apalagi masayarakat Indonesia dengan kekayaan budayanya yang tinggi dan luhur.

Pandemic telah menggeser budaya yang bertahun-tahun dibangun oleh masyarakat, salah satu contoh kecil adalah budaya salaman, saling kunjung ketika hari raya, tahlilan atau takziyah ketika ada tetangga atau teman yang meninggal. Kini budaya dan tradisi luhur itu hilang dimasa pandemic yang tak kunjung usai dan tak menentu waktu perginya.

Sebenarnya pandemic saat ini bukan sesuatu yang baru bagi masyarakat dunia, misalkan pandemic pernah terjadi pada abad ke-6, sebuah wabah pes yang diperkirakan telah menewaskan 30 hingga 50 juta orang. Ada pula yang menyatakan bahwa wabah terbesar sudah muncul ratusan tahun sebelumnya, misalkan pada tahun 1720 terjadi wabah bakteri, penyakit ini disebarkan melalui lalat yang menewaskan kira-kira 100 ribu orang di Perancis, tahun 1820 terjadi penularan penyakit kolera di beberapa negara Asia, seperti Thailand, Filipina dan Indonesia dengan jumlah korban diperkirakan hampir sama yaitu 100 ribu orang. Bahkan wabah flu pernah terjadi pada tahun 1920 yang diperkirakan menginfeksi sebanyak 500 juta orang. Dan sekarang pandemic covid-19 yang sebenarnya bukan penyakit baru telah mencoba memberikan pengaruh berfikir yang dahsyat pada manusia modern sekarang. Bahkan covid-19 telah merubah sejarah dunia saat ini. Namun, pada tahun 70-an sampai 90-an kekhawatiran dan ketakutan yang dimunculkan tidak semasif tahun 2020 saat ini. Kekahawatiran dan ketakutan yang masif dimasyarakat tidak lain disebabkan karena media social yang merebak dimasyarakat. Masifnya penyebaran covid-19 dimasyarakat sejalan dengan masifnya berita di media social.

Masa pandemic ini telah memunculkan worldview (cara pandang) bagi masyarakat. Menurut Niniat Smart bahwa Worldview adalah Kepercayaan, perasaan dan apa-apa yang terdapat dalam pikiran orang yang berfungsi sebagai motor bagi keberlangsungan dan perubahan sosial dan moral[1]. Worldview menentukan terhadap setiap perilaku manusia karenanya sebagai asas dalam bertindak, termasuk aktifitas-aktifitas ilmiah dan teknologi. Setiap aktifitas manusia akhirnya dapat dilacak pada pandangan hidupnya, dan dengan begitu aktifitasnya itu dapat direduksi kedalam pandangan hidup[2].

Menurut Dr. Hamid Fahmi Zarkasyi bahwa worldview erat kaitannya secara konseptual   dengan segala aktivitas manusia social, intelektual dan religious. Dan yang paling penting adalah harus memahami paradigma yang berada di masyarakat di masa pandemic, hal ini tergantung  kecerdasan masyarakat dalam melihat fenomena yang terjadi.  Worldview sebagai system kepercayaan, pemikiran, tata fikir dan tata nilai memiliki kekuatan untuk merubah. Maka dari itu aktivitas manusia dari yang sekecil-kecilnya hingga yang sebesar-besarnya yang kemudian menjadi peradaban bersumber dari wordview[3].

Worldview tentang pandemic covid-19 memunculkan istilah-istilah baru yang sebelumnya kita tidak mengenalnya seperti social distancing, wajib pakai masker, lockdown, new normal, dan sebagainya. Sehingga istilah ini menjadi paradigma berfikir[4]  tersendiri dalam melihat suatu kondisi dan menyikapi keadaan. Pandemic telah berhasil melarikan seseorang dalam alam fikir yang berbeda dengan sebelumnya, yang terkadang orang meremehkan, acuh tak acuh dengan budaya salaman, kesehatan bahkan menulis, maka saat ini orang rajin memberikan komentar terhadap tradisi budaya bahkan agama hingga akhirnya dengan sangat terpaksa memberikan komentar melalui tulisan. Kesibukan fisik telah berubah pada kesibukan berfikir. Coba kita bayangkan bagi mereka yang tidak terbiasa dengan berfikir, maka biasa jadi akan mengami strees atau sebaliknya memicu dirinya untuk berubah dari satu masa ke masa yang lain, dimana dirinya merasa menjadi sosok yang baru. Yang awalnya tidak peduli dengan teknologi, akhirnya dengan sangat terpaksa harus berhadapan dan memanfaatkan teknologi.

Ternyata pandemic merombak worldview masyarakat untuk merubah sebuah keadaan, jika pandemic terus berlanjut maka akan menjadi peradaban baru tersendiri bagi masyarakat. Bentuk peradaban baru masa pandemic adalah new normal yang didengungkan pemeritah, sehingga mempengaruhi terhadap cara berfikir masyarakat, terutama terhadap 3 hal, yaitu:

  1. Pola kesehatan

Dalam masa pandemic masyarakat mengalami kekhawatiran, kegelisahan bahkan ketakutan tersendiri sehingga kebingungan dan stress dalam menyikapi masa pandemic covid yang tidak menentu. Salah satu perubahan berfikir dan bersikap dimasa pandemic walau telah didengungkan new normal adalah pola penjagaan kesehatan masyarakat. Sebelum terjadi pandemic covid-19 masyarakat tidak terbatasi ruang geraknya bahkan dengan sangat bebas menghirup udara dimanapun. Tanpa sebuah aturan kesehatan yang ketat, tidak dibatasi ruang geraknya bahkan tidak mengenal cuci tangan saat bersalaman dengan siapapun. Namun perubahan itu telah datang tanpa kita minta, bahkan suka atau tidak, mau atau tidak, setiap orang yang berada di zona merah (wilayah dengan banyaknya kasus terjangkit virus) harus melakukan protocol kesehatan yang telah ditetapkan oleh pemerintah-Kementerian Kesehatan melalui websitenya.[5] Dalam protocol kesehatan ada 7 poin yang harus dilakukan dan dipatuhi, yaitu kebersihan tangan yang utama, tidak menyentuh wajah sembarangan, tutupi bersin dengan lengan bagian dalam, menggunakan masker, menjaga jarak, bisa isolasi mandiri, jaga kesehatan-minum multivitamin.

Dengan protocol itulah seakan-akan membatasi gerak masyarakat pada diri dan alam fikirnya sendiri, sehingga tidak lagi bebas menghirup udara, hilangnya kebebasan bersosial, terkikisnya tradisi bersalaman dan sebagainya. Sehingga dalam pandangan kebanyakan bahwa setiap orang berpotensi terjangkit covid-19, maka setiap orang perlu menjaga jarak (social distancing) untuk tidak bersentuhan bahkan jika ada gejala batuk, flu, demam patut dicurigai terjangkit covid-19.

Worldview yang seperti inilah akan menggeser bahkan melenyapkan tradisi local wisdom yang telah tertanam dimasyarakat ratusan tahun lamanya. Worldview baru akan terbentuk secara bertahap sesuai dengan perkembangan berfikir masyarakat terhadap pandemic covid-19 dan sejalan dengan perkembangan teknologi, sehingga bertemu hanya di dunia maya, karena dianggap aman dalam interaksi, tidak bersentuhan secara langsung. Protocol kesehatan telah memberikan sugesti pada kebanyakan orang bahwa dengan melakukan protocol kesehatan akan menjauhkan dari virus. Maka kemudian kebanyakan orang akan tergantung pada ikhtiyar dan akan selalu khawatir jika ikhtiyar protocol kesehatan tidak dilakukan. Worldview semacam ini akan merombak cara berfikir taqdir. Maka kemudian ikhtiyar protocol kesehatan menjadi paradigma bagi masyarakat bahwa orang akan terjaga dan sehat dengan protocol kesehatan. Disisi lain, yang dulunya masyarakat meremehkan kesehatan maka dengan hikmah pandemic covid-19 ini merubah fikiran dan perilaku kebanyakan orang untuk hidup lebih bersih dan peduli kesehatan.  Jika cara berfikir seperti ini dilakukan oleh kebanyakan masyarakat, maka pergeseran worldview akan benar-benar terjadi di masa new normal.

2. Life style

Life style merupakan kata yang digunakan oleh psikolog Austria, Alfred Adler dan Ferdinand the Bull, pada tahun 1929. Pengertiannya yang lebih luas, sebagaimana dipahami pada hari ini, mulai digunakan sejak 1961. Life style tidak hanya dimaknai gaya hidup dari segi ekonomi, namun life style bisa bermakna tradisi atau budaya hidup masyarakat, sehingga life style tidak dipandang terbatas dalam pemenuhan hasrat pribadi dari segi pemenuhan gaya berpakaian. Pandemi covid 19 telah merubah life style masyarakat dalam sisi budaya dan tradisi. Pola hidup masyarakat Indonesia adalah penuh dengan “guyub”, social yang tinggi dan saling tolong menolong.  Namun dengan adanya pandemic covid 19 seakan budaya dan tradisi itu tergerus sedikit demi sedikit. Istilah isolasi mandiri social distancing telah membuat perubahan cara pandang terhadap seseorang sehingga mengakibatkan perubahan tradisi. Ketika masyarakat Indonesia saling bertemu maka pasti melakukan tradisi “salaman”-berjabat tangan, namun dengan adanya pandemic covid 19 telah menggerus tradisi dan budaya salaman. New normal memang tidak banyak merubah tradisi dan budaya, tetapi minimal telah merubah pola masyarakat dalam alam fikirnya dengan penuh kekhawatiran terhadap orang lain dengan masifnya berita tentang grafik penderita covid yang terus bertambah karena pola mutasi covid yang semakin cepat dan sulit dideteksi, sehingga kekhawatiran dan ketakutan untuk bersalaman dan berkumpul sebagai bentuk tradisi masyarakat Indonesia jarang dilakukan dan jarang kita temui. Bahkan tetap bersalaman namun dalam alam fikiran terbersit kecurigaan. Sedangkan bersalaman sendiri pada hakikatnya menambah keakraban, mempererat pertemanan dan persaudaraan bahkan dalam pemahaman agama dapat menggugurkan dosa-dosa kecil. Begitu dahsyatnya pandemic dan new normal merubah alam fikir manusia.3.

3. Digitalisasi pendidikan

Pandemic covid 19 telah membawa keberuntungan pada beberapa founder aplikasi, terutama medsos, google meet, zoom, classroom dan sebagainya, karena dimasa pandemic kebutuhan orang untuk bisa komunikasi dan eksis semakin tinggi. Pada awalnya sebagian besar orang tidak acuh tak acuh dengan medsos yang sekarang lagi banyak digunakan ditengah masyarakat, namun karena alasan eksistensi itulah mau tidak mau, suka tidak suka harus digunakan juga. Pandemic covid telah menjadikan masyarakat sebagai manusia yang tergantung pada teknologi, terutama di dunia pendidikan dan bisnis. Begitu pula dengan new normal telah menguatkan konsep Merdeka Belajar yang dicetuskan oleh mas Menteri Nadhim. New normal tidak hanya sekedar social distancing, memakai masker, cuci tangan, namun telah membawa pada alam fikir bagaimana belajar jarak jauh, sehingga pelajar tidak harus hadir dalam kelas atau majelis dengan maksud memanfaatkan teknologi. Bahkan dengan ide seperti ini kebanyakan yang mengamini, sedangkan dalam dunia pendidikan yang dibutuhkan adalah contoh dalam membentuk karakter dan akhlak, tidak hanya sekedar menerima ilmu akal. New normal telah membentuk konsep baru dalam alam fikir manusia bahwa belajar tidak harus bertatap muka. Pendidikan bukan hanya untuk merubah akal belaka, namun hakikat pendidikan adalah menjadikan manusia yang berkahlak, maka untuk bisa berakhlak maka yang dibutuhkan adalah contoh secara langsung, duduk berhadapan dan melihat secara langsung, sehingga ada keterikatan hati antara guru dan murid. Ini yang dimaksud bahwa new normal telah membangun worldview baru dalam dunia pendidikan saat ini.

New normal telah merubah pola pikir manusia sosial, perilaku social baru telah dimunculkan, peradaban baru telah lahir dalam masa pandemic yag sesaat. Walau demikian, penulis berharap new normal tetap menghidupkan tradisi, budaya bahkan praktik pendidikan yang mengantarkan manusia lebih beradab. Seharusnya New Normal hanya menjadi spirit kebangkitan, agar lahir semangat bangkit bersama, tidak lebih!


[1] Ninian Smart, Worldview, Crosscultural Explorations of Human Belief, Charles Sribner’s sons, New York, n.d. 1-2

[2] Alparslan Acikgence, “The Framework for A history of Islamic Philosophy”, Al-Shajarah, Journal of The International Institute of Islamic Thought and Civlization, (ISTAC, 1996, vol.1. Nos. 1&2, 6.

[3] Hamid Fahmi Zarkasyi, Worldview Islam Asas Peradaban, INSISTS, Jakarta, 2011. Hal 32.

[4] Kuhn menyatakan bahwa dalam sebuah keilmiahan penelitian diarahkan pada artikulasi fenomena-fenomena dan teori-teori yang paradigmanya telah tersedia, Lihat Thomas S. Kuhn, The Structure of Scientific Revolution, International Encyclopedia of Unified Science, vol.2, no.2 (Chicago: University of Chicago Press, 1970), hal 24

[5]….., Dokumen Resmi dan Protokol Penanganan Covid-19 https://www.kemkes.go.id/article/view/20031700001/Dokumen-Resmi-dan-Protokol-Penanganan-COVID-19.html

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.