Keagungan Sejarah Peradaban Islam

Oleh: Jemmy Ibnu Suardi, M.Pd.I

Co-Founder Mercusuar Institute

Email: jemmyibnusuardi@gmail.com

Islam sebagai sebuah peradaban telah mengalami jalan sejarah yang panjang. Prof. Buya Hamka dalam bukunya Sejarah Umat Islam menyebut bahwa setiap nabi mulai dari nabi Adam hingga nabi Allah yang terakhir nabi Muhammad Saw, adalah pengemban risalah tauhid, penunjuk jalan kebenaran kepada Allah Swt. Islam yang diturunkan kepada Nabi Muhammad Saw tidak hadir dari ruang hampa, saat Islam wujud sudah ada dua peradaban besar di timur dan di barat, yaitu peradaban Persia dan Romawi, ketersinggungan dengan dua peradaban besar ini menjadikan Islam sebagai sebuah peradaban baru yang memberikan warna yang berbeda dari dua peradaban jahiliyah yang berjaya.

Salah satu point pentingnya seperti dikatakan oleh Hamid Fahmy Zarkasy, Ph.D, dalam bukunya Asas Peradaban adalah peradaban Islam bukanlah peradaban bangunan melainkan peradaban ilmu. Sejarah peradaban Islam kaya dengan narasi tradisi keilmuan yang gemilang. Jika peradaban jahiliyah katakanlah Persia dan Romawi dalam sejarahnya tidak memperlakukan wanita dengan hormat, dimana wanita hanya dijadikan alat produksi dan pemuasan nafsu belaka, bahkan jika seseorang melahirkan seorang bayi perempuan, saat itu juga bayi tersebut akan dibunuh. Posisi perempuan mula-mula bisa mendapatkan tempat yang terhormat pada masa Islam. Nabi Muhammad Saw, bahkan menyiratkan bahwa jika orang tua memelihara, menjaga dan mendidik anak perempuan maka akan masuk ke dalam surga. Islam juga menempatkan perempuan pada posisi yang tertinggi, dimana Nabi Muhammad menegaskan bahwa surga ada dibawah telapak kaki ibu, bahkan dibandingkan ayah (laki-laki), nabi Muhammad memuliakan ibu (perempuan) tiga kali lebih tinggi, ini menunjukan secara historis hanya Islam yang benar-benar memuliakan perempuan.

Secara sosial politis, keagungan peradaban Islam menunjukan bahwa semua orang di dunia tanpa mengenal warna kulit tidak dibeda-bedakan dalam Islam. Prof, Ahmad Shalaby dalam bukunya berjudul Sedjarah dan Kebudajaan Islam mengatakan, meskipun katakanlah sahabat Bilal R.A berkulit hitam, namun posisinya mulia dihadapan nabi Muhammad, dan menjadi salah satu sahabat yang mulia dan terkemuka, nabi Muhammad menyebut bahkan sandal atau terompah Bilal sudah ada didalam surga. Bilal mempunyai posisi penting dalam sejarah peradaban Islam mula-mula. Sebagai seorang muazin, penyeru kaum muslimin lima kali sehari, menyeru untuk melaksanakan sholat. Seorang budak berkulit hitam ini memiliki posisi penting itu, suara dan pendapatnya didengarkan oleh para sahabat lainnya, bahkan masyarakat muslim seluruhnya pada zamannya menaruh hormat yang luar biasa kepada Bilal. Hanya Islam yang mula-mula menghargai semua manusia tanpa memandang warna kulitnya.

Agama ini telah menjadi pembebas umat manusia dari berbagai macam bentuk diskriminasi, setiap orang sama dihadapan Allah, yang membedakannya adalah taqwa begitu nabi Muhammad menegaskan. Konsep saling menghargai perbedaan antar umat manusia ini bahkan menjadi contoh abadi sepanjang sejarah. Bahkan Islam mula-mula yang menegaskan toleransi umat antar agama. Agama-agama yang lahir sebelum Islam sedemikian rupa bebas untuk melakukan ibadah dan menjalankan agamanya masing-masing. Setiap Yahudi, Nasrani, Majusi, Pagan tidak ujug-ujug dipaksa untuk memeluk agama Islam. Berbeda dengan peradaban Barat misalnya, apa yang terjadi di Spanyol ketika daulah Islam terakhir diusir, Spanyol tidak memberikan ruang untuk agama lain hidup, setiap orang beragama non Kristen hanya memiliki dua pilihan, masuk Kristen atau terusir pergi dari Spanyol atau bahkan dibunuh.

Abdurrahman dinasti Umayyah di Spanyol selama berkuasa menunjukan sebuah keagungan peradaban yang agung dibawah naungan Islam. Spanyol Islam atau Andalusia dimana masjid Cordova menjadi tempat epicentrum berkembangnya ilmu pengetahuan, kemajuan dalam bidang seni, sastra, ilmu agama, sains, filsafat, tata kota dan lain-lain telah mempesona orang-orang Barat. Philip K Hitti bahkan menyebut Cordova telah memprakarsai gerakan intelektual yang membuat Spanyol Islam dari abad ke-9 sampai abad ke-11 menjadi salah satu pusat kebudayaan dunia. Terhitung muslim Spanyol berkuasa selama 800 tahun.

Adian Husaini, Ph.D, dalam bukunya berjudul 10 Kuliah Agama Islam, mengatakan pada saat itu kehidupan Barat dengan Islam sangatlah kontras, Barat telah tertinggal 600 tahun dari Islam. Menurut Wallace Murphy seperti dikutip Adian Husaini, mayoritas kehidupan orang Eropa saat itu penuh dengan kebiadaban, barbar dan brutal dibandingkan dengan kehidupan Spanyol Islam yang canggih, terpelajar, dan toleran. Di hampir semua bidang keilmuan Islam tampil sebagai pioneer yang mula-mula menciptakannya, katakanlah ilmuwan penemu jam digital adalah ilmuwan Islam bernama Al Jaziri, pesawat terbang adalah Ibnu Firnas, ahli fisika adalah Ibnu Haytham, dimana pada abad ke-16 teori optik Ibnu Haytham banyak dirujuk oleh ilmuwan Barat seperti Issac Newton dan Galileo Galilei. Al Haytham juga dikenal sebagai pembuat perangkat kamera, konon kata “kamera” sendiri berasal dari kata “qamara” yang bermakna “yang diterangi”

Nama lain yang tak boleh ketinggalan adalah Abu Rayhan Al Biruni, dirinya adalah penemu persamaan matematika. Abdurahman Al Jazari, ahli mekanik yang hidup tahun 1100 masehi, pembuat mesin penggilingan, jam air, pompa hidrolik, dan mesin-mesin otomatis hidrolik lainnya. Dalam bidang fisika astronomi Ibnu asy Syathir adalah ilmuwan yang mempelajari gerak melingkar planet Merkurius, karyanya amat mempengaruhi Nicolaus Copernicus. Menyebut kejayaan peradaban Islam ini bukan sekadar nostalgia dan romantisme sejarah semata. Tetapi kejujuran sejarah itu perlu dibuka agar tidak ada kesalahpahaman atau sengaja menyalahpahamkan bahwa kemajuan peradaban dunia masa kini berasal dari zaman Yunani dan langsung loncat ke era Barat modern, padahal selama lebih dari 1000 tahun peradaban Islam memberikan kontribusi besar untuk umat manusia.    

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.