Islamic Worldview, Cara Pandang Seorang Muslim Melihat Realitas

Oleh: Jemmy Ibnu Suardi, M.Pd.I

Peneliti Mercusuar Institute

Email: jemmyibnusuardi@gmail.com

Setiap manusia memiliki cara pandangnya sendiri dalam melihat realitas. Kepelbagaian antar agama misalnya, sebagian memandangnya sebagai ragam perbedaan dan sebagian yang lain memandangnya sebagai kesamaan isi dan bentuk baik secara esoteris maupun secara eksoteris. Islamic Worldview adalah istilah yang semakin popular dalam beberapa dasawarsa terakhir. Istilah ini jika boleh disebut, mula-mula dipopulerkan oleh Syed Naquib Al Attas dalam menjelaskan konsep akidah Islamiyah secara saintifik. Istilah ini semakin popular digunakan oleh murid-murid Syed Naquib Al Attas, sebut saja seperti Adian Husaini, Hamid Fahmy Zarkasy, Syamsuddin Arif, Adnin Armas, Anis Malik Thoha dan lainnya.

Dalam makalahnya Hamid Fahmy Zarkasy berjudul Worldview Islam dan Kapitalisme Barat, yang diterbitkan pada jurnal Tsaqafah Vol.9. No.I Tahun 2013, menjelaskan tentang konsep Islamic Worldview ini. Islamic Worldview diartikan sebagai cara pandang Islam terhadap realitas, worldview adalah motor bagi perubahan sosial, asas bagi pemahaman realitas dan asas bagi aktivitas ilmiah. Syed Naquib Al Attas mengartikan istilah worldview Islam dengan Ru’yah al-Islâm li al-wujûd yang berarti pandangan Islam tentang realitas dan kebenaran yang nampak oleh mata hati kita dan yang menjelaskan hakikat wujud, oleh karena apa yang dipancarkan Islam adalah wujud yang total, maka worldview Islam berarti pandangan Islam tentang wujud. Pandangan wujud ini bisa berupa pandangan tentang teologis, filosofis, ontologis, epistemologis, sosiologis, arkeologis, biologis dan logis-logis lainnya. 

Islam adalah Agama Allah

Islam adalah agama yang diturunkan Allah melalui perantaraan malaikat Jibril kepada hamba-Nya Muhammad Saw, sebagai utusannya di muka bumi. Tidak seperti agama lain Islam satu-satunya agama yang tidak tereduksi oleh kebudayaan, ruang dan waktu. Sebagaimana dijamin oleh Allah bahwa agama yang diterima di sisi Allah hanyalah Islam (Q.S Ali Imran [3]: 19), sekali-kali tidak akan beruntung jika ada manusia yang mencari dan mengamalkan keyakinan selain Islam (Q.S Ali Imran [3]: 85). Adian Husaini dalam bukunya berjudul 10 Kuliah Agama Islam, menyatakan bahwa Islam bukan agama produk budaya yang dibentuk oleh seorang ataupun sekelompok orang, Islam menjadi bagian penting dalam pembentukan budaya-budaya yang terinfiltrasi kedalam Islam.

Nama Islam secara terminologis termaktub dalam kitab suci Al-Qur’an, tidak seperti keyakinan agama lain, yang secara terminologis adalah sebutan dan pemberian dari luar dirinya sendiri. Katakanlah Hinduisme, Budhisme, Kristianisme, Yahudisme, dan agama-agama produk budaya lainnya, adalah nama-nama yang diberikan oleh kelompok yang berada diluar dirinya. Dalam penamaan sebuah agama, hanya Islam yang benar-benar dijelaskan secara detail baik secara fenomenologis, morfologis, dan teknis. Dalam hadis Arba’in yang kedua misalnya yang menerangkan konsep Iman, Islam, dan Ihsan. Secara pasti diterangkan bahwa Islam adalah engkau mempersaksikan bahwa Allah adalah Tuhan yang satu, Muhammad adalah utusan resmi Tuhan dimuka bumi, percaya pada Kitab-kitab diturunkan oleh Allah, percaya kepada Malaikat dan Nabi Allah, dan percaya padaa hari pembalasan, qada dan qadar.

Di bukunya yang lain berjudul Kerukunan Beragama, Adian Husaini memaparkan bahwa nama Tuhan dalam Islam tidak memiliki problematis yang berarti. Tidak seperti agama lain katakanlah Yahudi yang tidak bisa menyebut nama tuhannya dengan benar, karena sebuah pantangan jika harus menyebut nama tuhan, jadilah nama tuhan sebuah simbol tetragram huruf konsonan tanpa huruf vocal yakni YHWH. Nama Allah bahkan sebelumnya tidak dikenal dalam tatanan dunia Melayu sebelum Islam datang ke Nusantara. Allah adalah nama tuhanya orang Islam, bahkan di Malaysia tidak diperkenankan bagi agama lain untuk menggunakan istilah religious agama Islam ini.

Kitab Suci Al-Qur’an

Sebuah kitab suci diidentikan kepada suatu agama tertentu, setiap agama mendaku diri memiliki kitab suci, namun validitasnya masih dipertanyakan, misalnya kitab suci Kristen yang oleh teolog Barat sendiri memiliki banyak problematika, misalnya dalam penetapan kehalalan daging babi, setiap terbitan Bible memiliki varian yang beragam. Apatah lagi kitab suci Yahudi, yang sulit diyakini keasliannya. Problematika kitab suci ini masih belum selesai sampai saat ini di Barat. Dalam pengalaman religiusitasnya masyarakat Barat pernah mengalami masa kelam yang menyedihkan, hal ini salah satunya disebabkan oleh teks bible yang problematis.

H.M. Rasyidi dalam bukunya yang berjudul Koreksi terhadap Harun Nasution, dengan gamblang menyatakan bahwa kitab yang dianggap suci berbeda dengan Islam, kitab suci Al-Qur’an tidak mengalami perubahan sama sekali sejak diturunkannya. Al-Qur’an tidak berangkat dari teks yang problematis, ayat-ayat Al-Qur’an sedemikian rupa dihapal oleh para hufadz, sahabat nabi, sehingga jika terdapat tulisan Al-Qur’an yang keliru maka akan dengan cepat terdekteksi dan dikoreksi. Sebagaimana janji Allah bahwa Al-Qur’an akan terpelihara dan terjaga, dimana lafadz dan maknanya langsung dari Allah, bukan buatan manusia (Q.S. Al Hijr [15]: 9).

Cara menafsirkan Al-Qur’an pun tidak sama dengan kitab suci produk budaya tertentu. Al-Qur’an memiliki kaidah khusus yang didasari pada keimanan, bukan keraguan dalam proses tafsirnya, tidak menggunakan konsep hermeneutika yang problematis terhadap teks, dan menganggap semua teks problematis, konsep tafsir Al-Qur’an merujuk kepada Nabi Muhammad, dan sudah dijelaskan secara detail sejak masa Nabi Muhammad Saw, masih hidup. Karena kita ketahui, beberapa kitab yang dijadikan kitab suci, dibuat saat tokoh agamanya telah wafat beberapa ratus tahun lamanya. Al-Qur’an adalah kitab suci yang final, tidak ada yang mampu meng-amandemen-nya dan menafsirkan sendiri dengan menafikan konsep-konsep kunci dalam teknis penafsiran Al-Qur’an.

Nabi Muhammad Saw sebagai Teladan

Muhammad sebagai nabi adalah sosok sentral dalam Islam, Nabi Muhammad menjadi panutan dan teladan bagi umat manusia, sejak bangun tidur sampai mau tidur lagi semua ada contoh dan teladannya dalam mengamalkan agama Islam. Hanya Islam satu-satunya agama yang memiliki panutan dan teladan tentang bagaimana mengamalkan agamanya. Kunci hidup sukses didunia dan masuk surga adalah sejauh mana umat manusia mau mengikuti dan mengamalkan apa-apa yang telah diajarkan oleh nabi Muhammad Saw, Umat Islam tidak akan kehilangan arah dalam pengamalan beragama, karena sudah memiliki tuntunan yang jelas.

Karena Islam memelihara kontinuitas kenabian, maka dalam pandangan Islam, Islam adalah satu-satunya agama wahyu. Dengan itu, Islam adalah satu-satunya agama yang memiliki ritual yang universal, final, dan autentik, karena Islam memiliki teladan (model) yang final sepanjang zaman. Sifat autentisitas dan universalitas Islam masih terpelihara hingga kini. Meskipun zaman berganti, ritual dalam Islam tidak berubah. Shalatnya orang Islam dimanapun sama, tidak pandang waktu dan tempat.   

Toleransi umat Beragama

Islam datang bukan dari ruang hampa, sebelum Islam datang sudah ada agama dan peradaban besar di timur dan barat, koeksistensi Islam dengan agama sebelum Islam tampak nyata dalam sejarah peradaban Islam yang agung. Kita mengenal dimana dalam konsep teologi Islam, tidak ada paksaan kepada seorangpun jua untuk memeluk agama Islam (Q.S. Al Baqarah [2]: 256). Bahkan Islam melarang umatnya untuk menghina tuhan-tuhan agama lain (Q.S. Al An’ám: 108), dan dalam keadaan perang bahkan, perintah Nabi Muhammad Saw, umat Islam melarang pasukan yang terlibat perang untuk menghancurkan rumah ibadah, merusak tumbuhan, dan membunuh warga sipil. Islam adalah satu-satunya agama sejak awal kemunculannya menjunjung tinggi toleransi beragama dan sangat menghargai perbedaan.

Sejarah membuktikan setiap Islam memimpin suatu peradaban, maka keadilan akan terasa bagi seluruh manusia baik yang beriman ataupun yang tidak, seluruh penjuru baik tanaman, tumbuhan dan hewan bahkan merasakan betul keadilan Islam tersebut. Islam telah begitu berpengalaman dan dewasa tentang bagaimana hidup berdampingan satu sama lain dengan komunitas yang berbeda akidah, berbeda dengan Barat, sejarah masa silamnya begitu kelam, siapapun yang berbeda dengan Gereja di Barat, bisa dihukum mati di Inquisisi.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan.